Reformasi.co.id – Produk peralatan rumah tangga favorit ibu-ibu, Tupperware, menerima nasib buruk. Perusahaan ini terancam gukung tikar.
Hal itu dimulai dari penjualannya yang merosot, saham anjlok setahun terakhir hingga 90%, dan imbasnya perusahaan tak memiliki uang.
Sinyal kebangkrutan Tupperware ini terungkap dalam siaran pers di Fortune pada Rabu (12/4/2023). Perusahaan ini ragu untuk melanjutkan usahanya.
“Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi modal dan likuiditas,” ujar Presiden dan CEO Tupperware Brands, Miguel Fernandez.
Pada bursa saham, Tupperware kemungkinan bakal delisting karena gagal mengajukan laporan keuangan tahunan. Bahkan periode terakhir sahamnya sudah turun 68%.
Seba dari ini semua tentu penjualan Tupperware yang terus merosot dari tahun ke tahun. Persaingan dalam bisnis wadah plastik juga semakin meningkat.
Apalagi kompetitor Tupperware sudah menyiapkan produk yang serupa namun dengan harga yang jauh lebih rendah.
Tupperware kini harus terseok-seok memperbaiki struktur modal dan likuiditas jangka pendek lewat bantuan penasehat keuangan yang juga membantu mencari mitra dan investor.
Saat ini, kata Miguel, Tupperware sudah melakukan segala hal untuk mengurangi dampak peristiwa ini. Terutama dampak untuk mem-PHK karyawan.