Jakarta – Melonjaknya perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam perhitungan data Sirekap Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat pekan lalu menarik perhatian publik.
PSI, yang saat ini dipimpin oleh putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, mencatat pertumbuhan suara yang signifikan dalam waktu sehari.
Menurut data Sirekap pada Sabtu, 2 Maret pukul 14.00 WIB, suara PSI bertambah sebanyak 101.426 suara atau 0,12 persen dalam sehari.
Pada hari ini, Senin, 4 Maret pukul 13.00 WIB, suara PSI terus bertambah menjadi 2.404.282 suara, berdasarkan penghitungan di 542.104 dari 823.236 Tempat Pemungutan Suara (TPS), setara dengan 65,85 persen.
Meski lonjakan suara PSI mencuri perhatian, beberapa kalangan menyebut perolehan suara ini tidak wajar. Anomali terlihat dalam beberapa provinsi, seperti Banten, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jambi, Jawa Tengah, hingga Kalimantan Selatan.
Contohnya, di TPS 004 Kota Cilegon, Banten, terjadi lonjakan suara PSI yang mencolok. Formulir C1 hanya mencatat 1 suara untuk PSI, namun data Sirekap menunjukkan 69 suara.
Kejadian serupa terlihat di TPS 040 Kota Bogor, Jawa Barat, dan TPS 010 Kota Gunungkidul, DIY, yang menunjukkan ketidaksesuaian antara hasil formulir C1 dengan data Sirekap.
Hal serupa juga dialami di Provinsi Jambi dan Jawa Tengah, di mana terdapat perbedaan signifikan antara hasil formulir C1 dengan data Sirekap. Di TPS 011 Koya Banjar, Kalimantan Selatan, perbedaan suara PSI juga mencolok.
Juru Bicara DPP PSI, Sigit Widodo, menanggapi kritik tersebut dengan mengklaim bahwa lonjakan suara PSI adalah hal yang wajar. Menurut Sigit, lonjakan ini masih dalam batas perhitungan internal PSI.
“Bisa saja data dari wilayah dengan pemilih PSI yang besar baru mulai masuk, sehingga normal terjadi lonjakan dalam satu waktu,” ungkap Sigit kepada media, dikutip Senin (4/3/2024).
Sigit menekankan bahwa Sirekap merupakan data real count, bukan sampling, sehingga ketidakproporsionalan dalam data masuk dianggap sebagai hal yang normal.